
Oleh: Hastra Aminoto Laia, S.IP (Penulis Merupakan Pegiat Media Sosial).
AtensiRakyat.com : Medan – Saat pagi menjelang, tubuh perlahan terbangun. Menggerakkan otot-otot, mengucek kedua mata, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Bagi banyak orang, momen ini menjadi awal dari rutinitas, tetapi bagi saya, pagi hari adalah waktu yang penuh potensi untuk berkarya.
Ketika kebanyakan orang memikirkan tentang rutinitas kehidupan, saya justru menikmati momen dengan menyeduh segelas kopi hangat.
Segelas kopi, secarik kertas, dan pena menjadi teman setia saya. Di atas meja, beberapa buku telah tersusun rapi, menunggu untuk dibaca atau menjadi sumber inspirasi.
Informasi penting sering kali saya susun secara kronologis. Namun, banyak teori tentang kepenulisan sengaja saya abaikan.
Mengapa? Karena terkadang teori-teori tersebut justru membuat ide terhenti di tengah jalan, seolah mentok tanpa arah. Bagi saya, proses menulis tidak harus terbelenggu oleh aturan yang terlalu kaku.
Tanpa segelas kopi yang hangat di samping, suasana menulis terasa hambar. Kopi, bagi saya, adalah teman sejati yang selalu setia menemani. Asap lembutnya yang hangat menari di udara, melewati hidung, seakan menjadi pemicu munculnya inspirasi.
“Ide mentok” sering kali menjadi keluhan yang saya dengar dari para penulis pemula. Namun, bagi saya, menulis sambil ditemani segelas kopi memberikan pengalaman yang berbeda.
Setiap seruputannya membawa ketenangan, sementara tangan tanpa sadar mulai menorehkan goresan-goresan kecil di atas kertas. Dari satu goresan, tercipta beberapa paragraf, hingga akhirnya sebuah tulisan utuh pun selesai tanpa terasa.
Kenyataannya, ini adalah rutinitas yang banyak dilakukan oleh para penulis untuk menuangkan ide dan gagasan mereka.
Menulis adalah tentang menemukan kenyamanan dalam proses, dan bagi saya, segelas kopi hangat adalah elemen penting yang melengkapi perjalanan kreatif tersebut.