ATENSI RAKYAT, MEDAN – Menyoroti pentingnya sinergi antara pendidikan vokasi, sektor industri dan pemerintah dalam mendukung pengembangan perekonomian daerah, pada tahun 2023 Direktorat Kemitraan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) menginisiasi program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh sejumlah pihak dalam policy paper telah mengungkapkan bahwa sektor unggulan Sumatera Utara adalah perkebunan kelapa sawit, yang memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perekonomian daerah. Temuan ini menjadi dasar untuk menyusun strategi kolaboratif antara dunia usaha, dunia industri, dan lembaga pendidikan.
Saat diwawancarai, Dr. Suhendri, S.E., M.M., Direktur SDM dan IT PTPN 4, yang sudah berkiprah di dunia industri perkebunan nusantara sejak tahun 2000 mengemukakan bahwa kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan di Sumatera Utara, yang memiliki potensi besar untuk terus berkembang jika didukung dengan tenaga kerja terampil dan inovasi yang relevan.
Pendidikan vokasi, menurutnya, memegang peran strategis untuk menyediakan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri ini.
“Pendidikan vokasi harus lebih adaptif dan selaras dengan kebutuhan industri. Kurikulum yang digunakan harus didesain berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan, dan hal ini hanya dapat dicapai melalui komunikasi intensif dan berkelanjutan antara institusi pendidikan vokasi dan pelaku industri,” ungkap Dr. Suhendri, Sabtu (7/12)
Lebih lanjut, pria yang juga merupakan alumni Politeknik Negeri Medan ini menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama saat ini adalah memastikan kesesuaian antara supply dan demand tenaga kerja di sektor perkebunan. Pendidikan vokasi, katanya, harus menjadi solusi untuk menjembatani kebutuhan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan inovasi di industri kelapa sawit.
“Industri kelapa sawit adalah sektor yang dinamis, terus berkembang dengan berbagai teknologi baru. Oleh karena itu, institusi pendidikan vokasi perlu memahami kebutuhan spesifik kami, baik dari segi keterampilan teknis maupun soft skills, agar lulusan vokasi ini bisa langsung memberikan kontribusi positif saat memasuki dunia kerja,” tambahnya.
Dr. Suhendri juga mengapresiasi peran pemerintah sebagai fasilitator yang menjembatani kebutuhan industri dengan institusi pendidikan vokasi. Menurutnya, kolaborasi yang baik antara dunia usaha, dunia industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan vokasi adalah kunci untuk menciptakan SDM yang kompeten dan mampu bersaing di pasar global.
Di akhir diskusi, Dr. Suhendri menyerukan agar seluruh pihak terus membangun kolaborasi yang erat. “Kita harus bersama-sama membangun sinergi untuk memecahkan masalah ketidaksesuaian supply dan demand tenaga kerja. Dengan perencanaan yang matang, kita tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan industri, tetapi juga meningkatkan daya saing Indonesia di sektor perkebunan kelapa sawit di kancah internasional,” tutupnya.
Pendapat dan visi yang disampaikan Dr. Suhendri ini menjadi angin segar bagi pendidikan vokasi di Indonesia, sekaligus menguatkan komitmen semua pihak untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi industri perkebunan kelapa sawit dan dunia pendidikan.
Dengan dukungan pemerintah, pelaku industri, institusi pendidikan, juga media, Sumatera Utara memiliki peluang besar untuk menjadi pusat unggulan pendidikan vokasi dan inovasi di sektor perkebunan kelapa sawit. (ril)